Selasa, 09 April 2013

Pajak Proporsional Dan Pengaruhnya Pada Titik Keseimbangan Pasar


BAB I
PENDAHULUAN

1.1                          Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang  oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan di gunakan unatuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Disamping itu pajak proposional adalah pajak yang besarnya di tetapkan berdarsarkan presentase tertentu  dari harga jual; bukan ditetapkan secara spesifik (misalnya 3 rupiah) per unit barang. Meskipun pengaruhnya serupa dengan pengaruh pajak spesifik, menaikan harga keseimbangan dan mengurangi jumlah keseimbangan, namun anlisis nya sedikit berbeda.
Jika pengenaan pajak spesifik menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sejajar dengan kurva penawaran sebelum pajak, dengan kata lain lereng kurva nya tetap, maka pajak proporsional menyebabkan kurva penawaran memiliki lereng yang lebih besar daripada kurva penawaran sebelum pajak.

1.2            Tujuan
v  Menjelaskan lebih spesifik mengenai apakah pajak Proporsional berpengaruh pada keseimbangan pasar.
v  Keuntungan serta kerugian yang di timbulkan dari pajak Proporsional tersebut.
v  Memecahkan beberapa kasus-kasus soal mengenai pajak Proporsional.


BAB II
LANDASAN TEORI

  • Pajak proporsional ialah pajak yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari harga jual, bukan ditetapkan secara spesifik (misalnya 3 rupiah) per unit barang, sebagaimana yang diuraikan sebelumnya. Meskipun pengaruhnya serupa dengan pajak spesifik, menaikkan harga keseimbangan dan mengurangi jumlah keseimbangan, namun analisisnya sedikit berbeda.
  • Jika pengenaan pajak spesifik menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sejajar dengan kurva penawaran sebelum pajak, dengan kata lain lereng kurvanya tetap, maka pajak proporsional menyebabkan kurva penawaran memiliki lereng yang lebih besar daripada kurva penawaran sebelum pajak.
  • Jika persamaan penawaran semula:  P = a + bQ (atau ) maka dengan dikenakannya pajak proporsional sebesar t% dari harga jual, persamaan penawaran yang baru akan menjadi (t =  pajak proporsional dalam %):
P             = a + bQ +tP                   
   P – tP     = a + bQ
  (1 – t)P    = a + bQ
  • Dari sini terlihat kurva penawaran P = f (Q) sesudah pajak proporsional mempunyai penggal vertical yang lebih tinggi {sekarang a/(1 – t), semula hanya a} dan juga lereng yang lebih besar {sekarang   b/(1 – t), semula hanya b}.
 
BAB III
CONTOH KASUS SOAL SERTA PENYELESAIAN

Kasus soal :

Kasus 1

 Misalnya permintaan P= 15-Q dan penawaran P=3+0,5Q. Kemudian pemerintah mengenakan pajak sebesar 25% dari harga jual. Hitunglah :
a. harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan tanpa pajak serta dengan pajak .
b. Pajak yang ditanggung konsumen, produsen dan pajak yang diterima pemerintah.
a.        Sebelum Pajak
Pd = Ps
15-Q = 3+0,5Q
15-3  = 0.5Q+Q
   12  = 1.5Q
    8   = Qe

Pe = 15-Q
Pe = 15-8
Pe = 7
(Qe,Pe) = (8,7)


a.       Sesudah Pajak
 Persamaan penawaranya akan berubah, sementara persamaan permintaannya tetap P=15-Q       atau Q=15-P
              Penawaran sesudah pajak, dengan t= 25% = 0,25  
                  Ps = 3+ 0.5Q+t                      
                  P   = 3+ 0,5Q+0.25P
    P-0,25P = 3+0.5Q
                  0,75 P = 3+0,5Q
                  P = 3+0,5Q/0,75
                  P = 4+ ⅔ Q atau Q = -6 +1,5P
b.      Keseimbangan pasar :
                          Qd = Qs                                                       
                    15 – P = -6 + 1,5P
                       15+6 = 1,5P+P
                          21  = 2,5P
                             8,4  = P’e
                          Q = 15 – P 
                              = 15 - 8,4
      Q’e =  6,6
Titik sesudah pajak, (Q’e,P’e) = (8,4 ; 6,6)

Kurvanya :

 
a.       pajak yang diterima pemerintah setiap unit barang
t x P’e = 0,25 x 8,4 = 2,1                                               
b.      Besar pajak yang ditanggung oleh konsumen dari setiap unit barang
tk = P’e - Pe
tk = 8,4 - 7
tk = 1,4 atau 67%
c.       Besar beban pajak yang ditanggung oleh produsen
tp = t – tk
tp = 2,1 -1,4
tp = 0,7 (atau 33%).
d.      Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dari perdagangan barang
    T = P’e x t
           T  = 6,6 x 2,1
           T = 13,86.

Dari perhitungan – perhitungan disini kita dapat menyimpulkan bahwa, pada akhirnya pihak konsumen juga yang menanggung beban lebih berat dari pajak penjualan.

Kasus 2

Diketahui :
Permintaan : P = 12 – Q
Penawaran : P = 2 + 0,25 Q                                                   
 t = 20%
Ditanyakan : a. berapa P dan Q keseimbangan sebelum dan sesudah pajak…?
                     b. Berapa pajak yang ditanggung konsumen, produsen dan pemerintah ?
Penyelesaian :
a.       Sebelum pajak
Pd = Ps                                                               
12-Q = 2+0,25Q
12-2 = 0,25Q+Q
10 = 1,25Q
8 = Qe

Pe= 12-Q
Pe= 12-8
Pe= 4
maka (Qe,Pe) = (8,4)
 
a.       Sesudah pajak
Persamaan penawaranya akan berubah, sementara persamaan permintaannya tetap P=12-Q atau Q= 12-P
           Penawaran sesudah pajak (t = 20%= 0.20 )
           Ps = 2 + 0,25 Q + t  
           Ps = 2 + 0,25 Q + 0,20 P
           P – 0,20P = 2 + 0,25Q
           0,8P = 2 + 0,25 Q 
            P =2,5 + 5/16Q atau Q = 8 – 3,2P
    
b.      Keseimbangan Pasar :   
 Pd = Ps                                                                        P’e = 12-Q
12 - Q = 2.5 + 5/16Q                                                  P’e = 12-7,24
12 - 2.5 = 5/16Q + Q                                                   P’e = 4,76
1.5       = 21/16Q
 Q =  (21/16) : 9.5
 Q’e = 7,24
 
      Keseimbangan sesudah pajak: Q’e = 7,24  dan  P’e = 12-7,24  = 4,76
      Titik sesudah pajak (Q’e,P’e) = (7,24 ; 4,76)

 
Kurvanya :

 
a.       Besar pajak yang diterima pemerintah setiap unit barang
T=t  x  P’e  =  0,20  ´  7,24  =  1,45
    • Total pajak  t= 20%(P’e) =0,2*4,76 = 0,95    
b.      Besar pajak yang ditanggung oleh konsumen dari setiap unit barang
tk = P’e - Pe
tk = 4,76 – 4 
tk = 0,76
c.       Besar beban pajak yang ditanggung oleh produsen
tp = t – tk
tp = 0,95 – 0,76 
tp = 0,19
d.      Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dari perdagangan barang
    T = P’e x t
T  = 0,20  ´  4,76´ 7,24 
T = 6,89


BAB IV
KESIMPULAN

1.      Pajak yang di tanggung konsumen lebih besar di banding pajak yang di tanggung produsen.
2.      Adapun keuntungan yang di dapatkan dari pajak proporsional yaitu bagi pihak produsen pajak yang di tanggung lebih ringan. Karna, pajak tersebut lebih di bebankan kepada konsumen.
3.      Dari pihak pemerintah, pemerintah mendapatkan keuntungan terbesar dari penjualan unit tersebut.

 
REFERENSI

1.      Du Mairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Jogjakarta : BPFE
2.      elearning.upnjatim.ac.id/courses/TEORIEKONOMI/document/BAB_VII.doc?cidReq=TEORIEKONOMI
3.      Modul. Manajemen dasar MATEMATIKA EKONOMI Universitas Gunadarma.

7 komentar:

Unknown mengatakan...

thanks ea atas ilmunya,, ini berguna bget........... smoga bsa trus berbagi ilmu ea,,

Anonim mengatakan...

thanks mba atas ilmunya, sangat membantu..

Unknown mengatakan...

masih bingung itu di kasus yang kedua P – 0,20P kok jd 0.8 P ? itu gimana ? plis ajarin kk . makasih

Unknown mengatakan...

Kurang spesifik pemaparan materi nya.

Unknown mengatakan...

Kurang spesifik pemaparan materi nya.

Unknown mengatakan...

Kurang spesifik pemaparan materi nya.

Dita Hutagalung mengatakan...

thanks ini sangat brmanfaat

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkomentar ...
Mohon Tidak menguunakan Kata yang mengandung
☼ SARA
☼ SPAM Dsb ...