Jumat, 24 Oktober 2014

Tugas Softskill (Bahasa Indonesia 2)




       Silogisme Kategorial merupakan silogisme yang memiliki semua proposisinya merupakan katagorial dari proposisi . Proposisi yang mendukung sebuah silogisme disebut dengan premis yang ada saat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). 

         Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari seluruh silogime itu. Sedangkan subyek dari konklusi disebut term minor dari silogisme, sementara term yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan disebut term tengah. 

Contoh : 

Semua binatang mamalia melahirkan dan menyusui anaknya. Sapi termasuk binatang mamalia. Jadi, Sapi binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. 

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga dan hanya tiga proposisi. 

1.     Premis umum          : Premis Mayor
2.    Premis khusus        : Premis Minor 
3.    Premis simpulan     : Premis Kesimpulan

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. 

Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut: 

1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah. 
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. 
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan. 
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif. 
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif. 
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan. 
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan. 

Contoh silogisme Kategorial: 

Premis Mayor        : Semua kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar.
Premis Minor         : Mobil merupakan kendaraan bermotor.
Kesimpulan            : Mobil membutuhkan bahan bakar.

Premis Mayor        : Tidak ada mahluk hidup yang bertahan tanpa makan.
Premis Minor         : Ayam adalah makhul hidup
Kesimpulan            : Ayam tidak bertahan tanpa makan. 

Premis Mayor        : Semua mahasiswa gunadarma memiliki npm.
Premis Minor         : Findy tidak memiliki npm.
Kesimpulan            : Findy bukan mahasiswa mahasiswa gunadarma. 

Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial 

1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti: 

Premis Mayor        : Semua yang halal dimakan menyehatkan 
Premis Minor         : Sebagian makanan tidak menyehatkan, 
Kesimpulan            : Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan 
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halaldimakan). 

2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti: 

Premis Mayor        : Semua penjahat tidak disenangi. 
Premis Minor         : Sebagian kerabat adalah penjahat, jadi 
Kesimpulan            : Sebagian kerabat tidak disenangi. 
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi) 

Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan,seperti:

Premis Mayor        : Beberapa pemimpin negeri tidak jujur. 
Premis Minor         : Banyak Artis adalah pemimpin negeri.
Kesimpulan            : Banyak Artis tidak jujur. 

3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantainya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah. 

Premis Mayor        : Kerbau bukan Kelelawar. 
Premis Minor         : Kucing bukan Kelelawar. 
Kesimpulan            : Tidak ada 

Premis Mayor        : Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan 
Premis Minor         : Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan
Kesimpulan            : Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah) 

4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak term menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti: 

Premis Mayor        : Semua ikan berdarah dingin. 
Premis Minor         : Binatang ini berdarah dingin 
Kesimpulan            : Binatang ini adalah ikan. 
(Padahal binatang melata juga berdarah dingin) 

5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti 

Premis Mayor        : Kucing adalah binatang. 
Premis Minor         : Kukang bukan kucing. 
Kesimpulan            : Kukang bukan binatang. 
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-kan pada premis adalah positif) 

6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna maka kesimpulan menjadi lain, seperti: 

Premis Mayor        : Bulan itu bersinar di langit. 
Premis Minor         : Februari adalah bulan. 
Kesimpulan            : Februari bersinar di langit. 
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang mengelilingi bumi). 

7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya. 

Premis Mayor      : Semua binatang mamalia melahirkan dan menyusui anaknya.
Premis Minor       : Sapi termasuk binatang mamalia.
Kesimpulan          : Sapi binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.

 

Silogisme Hipotesis

 
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah, saya akan ke rumah kakek (premis mayor)
Hari ini cerah (premis minor)
Maka saya akan kerumah kakek (kesimpulan).

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen.
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming (premis mayor)
Sekarang terjadi global warming (premis minor)
Maka hutan banyak yang gundul (kesimpulan).

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal.

Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun, Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.

Kaidah silogisme hipotesis

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :

1)  Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2)  Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)  Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4)  Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:

Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi (benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.

Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.

Silogisme Alternatif

Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
My    : Nenek susi berada di Bandung atau wonoosobo.
Mn    : Nenek Susi berada di Bandung.
K      : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.

My    : Nenek Susi berada di Bandung atau wonosobo.
Mn    : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K      : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.

Kaidah Silogisme alternatif

1.  Silogisme alternatif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tiak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2.  Silogisme alternatif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah pelaut.
Jadi bukan guru.

b. Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)

Entimen

Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaranBentuk semacam ini dinamakan entimem (dari enthymeme, Yunani. Lebih jauh kata itu berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’). Dalam tulisan-tulisan bentuk ilmiah yang dipergunakan, dan bukan bentuk formal seperti silogisme.

Contoh :
PU          : Jika bachdim tidak menikah cepat, Irfan akan dimarahi fadillah
PK          : bachdim mau menikah cepat.
K           : bachdim tidak dimarahi fadillah.
Entimem   : Irfan tidak dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat

Contoh :
PU           : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK           : Lita ingin sukses
K            : Lita harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A