Silogisme Kategorial merupakan
silogisme yang memiliki semua proposisinya merupakan katagorial dari proposisi
. Proposisi yang mendukung sebuah silogisme disebut dengan premis yang ada saat
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu dengan premis mayor (premis yang termnya
menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Secara khusus silogisme
kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu
rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial yang
disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian
pernyataan itu. Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari seluruh
silogime itu. Sedangkan subyek dari konklusi disebut term minor dari silogisme,
sementara term yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam kesimpulan
disebut term tengah.
Contoh :
Semua binatang mamalia melahirkan dan menyusui anaknya. Sapi
termasuk binatang mamalia. Jadi, Sapi binatang yang melahirkan dan menyusui
anaknya.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga dan hanya
tiga proposisi.
1. Premis
umum : Premis Mayor
2. Premis
khusus : Premis Minor
3. Premis
simpulan : Premis Kesimpulan
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial
sebagai berikut:
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor,
term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang
positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu
simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari
premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
Premis Mayor :
Semua kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar.
Premis Minor :
Mobil merupakan kendaraan bermotor.
Kesimpulan :
Mobil membutuhkan bahan bakar.
Premis Mayor :
Tidak ada mahluk hidup yang bertahan tanpa makan.
Premis Minor : Ayam
adalah makhul hidup
Kesimpulan :
Ayam tidak bertahan tanpa makan.
Premis Mayor :
Semua mahasiswa gunadarma memiliki npm.
Premis Minor :
Findy tidak memiliki npm.
Kesimpulan :
Findy bukan mahasiswa mahasiswa gunadarma.
Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus
partikular juga, seperti:
Premis Mayor : Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Premis Minor : Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Kesimpulan : Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak
halaldimakan).
2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif
juga, seperti:
Premis Mayor :
Semua penjahat tidak disenangi.
Premis Minor : Sebagian
kerabat adalah penjahat, jadi
Kesimpulan : Sebagian
kerabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil
kesimpulan,seperti:
Premis Mayor : Beberapa pemimpin negeri tidak jujur.
Premis Mayor : Beberapa pemimpin negeri tidak jujur.
Premis Minor : Banyak
Artis adalah pemimpin negeri.
Kesimpulan : Banyak
Artis tidak jujur.
3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat
kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantainya hubungkan kedua
proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu
premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah
tidak sah.
Premis Mayor : Kerbau
bukan Kelelawar.
Premis Minor : Kucing
bukan Kelelawar.
Kesimpulan :
Tidak ada
Premis Mayor : Tidak
satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan
Premis Minor : Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan
Kesimpulan : Semua
drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup).
Dari dua premis yang term penengahnya tidak term menghasilkan kesimpulan
yang salah, seperti:
Premis Mayor : Semua
ikan berdarah dingin.
Premis Minor : Binatang
ini berdarah dingin
Kesimpulan :
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal binatang melata juga berdarah dingin)
5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term
predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah,
seperti
Premis Mayor : Kucing
adalah binatang.
Premis Minor : Kukang
bukan kucing.
Kesimpulan :
Kukang bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang-kan pada
premis adalah positif)
6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor
maupun premis minor. Bila term penengah bermakna maka kesimpulan menjadi
lain, seperti:
Premis Mayor : Bulan
itu bersinar di langit.
Premis Minor : Februari
adalah bulan.
Kesimpulan :
Februari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang
panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang
mengelilingi bumi).
7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek,
predikat, dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari
dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
Premis Mayor :
Semua binatang mamalia melahirkan dan menyusui anaknya.
Premis Minor : Sapi
termasuk binatang mamalia.
Kesimpulan : Sapi
binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas
premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial .
Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian
antecedent.
Contoh :
Contoh :
Jika hari ini cerah, saya akan ke rumah kakek (premis mayor)
Hari ini cerah (premis minor)
Maka saya akan kerumah kakek (kesimpulan).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian
konsekuen.
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming
(premis mayor)
Sekarang terjadi global warming (premis minor)
Maka hutan banyak yang gundul (kesimpulan).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari
sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal.
akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun, Para demonstran akan turun ke
jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
Kaidah silogisme hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah
menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan
yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,
jadwal hukum silogisme hipotetik adalah :
1)
Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
2)
Bila A tidak terlaksana maka
B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)
Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
4)
Bila B tidak terlaksana maka
A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi (benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah =
salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
Silogisme Alternatif
Jenis silogisme yang ketiga
adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme
ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau
pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang
menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini
tergantung dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu
alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu
alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
My : Nenek susi berada di Bandung atau wonoosobo.
My : Nenek susi berada di Bandung atau wonoosobo.
Mn : Nenek Susi berada
di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi
tidak berada di wonosobo.
My : Nenek Susi berada
di Bandung atau wonosobo.
Mn : Nenek Susi tidak
berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi
berada di Bandung.
Kaidah Silogisme alternatif
1.
Silogisme alternatif dalam
arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur
penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju
putih.
Hasan berbaju putih atau
tidak putih.
Ternyata ia tiak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2.
Silogisme alternatif dalam
arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
Budi menjadi guru atau
pelaut.
Ia adalah pelaut.
Jadi bukan guru.
b. Bila premis minor
mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Entimen
Entimem adalah silogisme yang
dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara
praktis dan tepat sasaranBentuk semacam ini dinamakan entimem (dari enthymeme,
Yunani. Lebih jauh kata itu berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti
‘simpan dalam ingatan’). Dalam tulisan-tulisan bentuk ilmiah yang dipergunakan,
dan bukan bentuk formal seperti silogisme.
Contoh :
PU : Jika bachdim
tidak menikah cepat, Irfan akan dimarahi fadillah
PK : bachdim mau
menikah cepat.
K : bachdim
tidak dimarahi fadillah.
Entimem : Irfan tidak
dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat
Contoh :
PU : Semua orang
ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lita ingin
sukses
K : Lita harus
belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A