BAB 16 “Pengantar Ekonomi Pembangunan”
1. Pengertian dan Ruang
Lingkup Ekonomi Pembangunan
Istilah ekonomi pembangunan mengacu pada suatu pengertian
tentang ilmu ekonomi yang diterapkan dalm analisis masalah dan kebijakan
perekonomian Negara-negara yang belum maju (underdeveloved countries) dan atau
Negara-negara sedang berkembang (developing countries).
Ekonomi pembangunan
mulai berkembang pesat setelah Perang Dunia II (PD II) di sekitar pertengahan
1940-an. Pada waktu itu sekali Negara-negara Asia dan Afrika yang berhasil
melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Termasuk di antaranya adalah
Indonesia.
Dari sudut pandang
ilmu ekonomi, pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya untuk memperluas
kemampuan dan kebebasan memmilih (insrasing the ability and freedom to choice).
Tercapainya hal tersebut merupakan indikator bahwa manusia secara individu
maupun kolektif dapat meningkatkan utilitas/kualitas hidupnya. Karena nya yang
harus dibangun terutama adalah:
a.
Kualitas SDM
b.
Sarana dan prasarana
c.
Kelembagaan-kelembagaan
ekonomi modern
Dengan dibangunnya hal-hal tersebut di atas, diaharapkan
kesejahteraan rakyat makin tinggi, terutama karena makin baik, efisien, dan
adilnya alokasi sumber daya ekonomi.
2. Berkembangnya Teori
Ekonomi Pembangunan
a.
Klasifikasi Negara-negara
Di bagian awal bab ini
telah disebutakan beberapa pengelompokan Negara, yatiu Negara maju (developed
country), Negara belum maju (undeveloped
country), dan Negara sedang berkembang/membangun (developing country).
1.)
Negara maju dan Belum maju
Yang dimaksud Negara-negara (sudah maju,
disingkat NSM (developed countries), adalah Negara-negara yang berdarsarkan
criteria Bank Dunia (tahun 1990) telah mencapai pendapatan per kapita > US
$8.000,00, sebagian besar output ekonomi disumabgkan oleh sector industry dan
jasa modern, kulitas SDM –nya sudah tinggi teknologi. Dilihat dari pola
konsumsi, Negara-negara tersebut umumnya tingkat konsumsi yang sangat tinggi.
2.)
Utara Selatan
Pengelompokan ini berdarsarkan letak wilayah
geografis. Umumnya Negara-negara maju, yaitu
Eropa Barat dan Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), terletak
pada Lintang Utara bumi ini.
3.)
Dunia Pertama, Kedua dan Ketiga
Pengelompokan ini berdarsarkan ideology yang
dianut. Yang dimaksud dengan Dunia Pertama adalah Negara-negara Barat yang
menganut ideology liberal dengan sistem ekonomi kapitalis. Istilah lainnya
Blo;k Barat. Negara Kedua adalah Negara-yang menganut ideolgi antiliberalis,
dengan sistem ekonomi yang cenderung sosialis. Karena pada umumnya
Negara-negara tersebut berada di belahan Eropa Timur, dibawah komando Uni
Soviet pada saat belum runtuh, kelompok ini disebut juga Blok Timur. Sedangkan
dunia Ketiga adalah Negara-negara yang tidak masuk blok tersebut, sehingga
sebutan Dunia Ketiga memiliki makna yang sama sebutan Negara-negara Kelompok
Selatan atau Negara-negara belum maju dan atau sedang berkembang.
b.
Fakta-fakta Berdarsarkan
Laporan Badan-badan PBB
Laporan tentang
perkembangan pembangunan manusia tahun 1990 (Human Development Report 1990)
yang dikeluarkan United Nations Development Program (UNDP), menunjukan bahwa
kondisi bumi semakin memburuk. Di tahun 1997, 20% penduduk bumi terkaya (20%
richest), yang umunya adalah penduduk Negara maju, menguasai 86% output (PNB)
dunia. Padahal pada era 1980-an mereka hanya menguasai 70% output dunia.
Beberapa tolak ukur yang dikembangkan oleh
para ahli Prof. sayogyo (dari IPB) yang disesuaikan, ditetapkan dalam US$.
Batas kemiskinan Kota Desa
Miskin 480 320
Sangat Miskin 360 240
Melarat Sekali 270 180
Bank Dunia juga menetapkan suatu batas
kemiskinan absolute yang setiap tahun disesuaikan, ditetapkan dalm US$.
c. Hakikat Pembangunan
Istilah pemabngunan (development)
lebih mengandung makna tentang proses dan upaya pencapaian peningkatan kualitas
hidup. Dengan demikian ada tiga elemen penting yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan pembagunan, yaitu: 1) proses, 2) upaya, 3) peningkatan
kualitas hidup.
1.) Pembngunan Sebagai Sebuah Proses
Yang dimaksud dengan pembangunan sebagai
sebuah proses adalah pembangunan merupakan sebuah tahap yang harus dijalani
oleh setiap masyarakat atau bangsa, sama halnya dengan manusia yang begitu lahir tidak bisa langsung menjadi
dewasa, demikian pula tidak ada satupun bangsa/masyarakat yang langsung berada
dalam kondisi adil, makmur, dan sejahtera. Setiap bangsa harus menjalani
tahap-tahap kemajuannya.
2.) Pembangunan Sebagai Upaya
3.) Pembangunan Berarti Peningkatan Kualitas Hidup
d. Hakikat Pembangunan Ekonomi
1.) Pertumabuhan (Growth)
2.) Perubahan (Changes)
a.
Perubahan Sikap (Attitude
Changes)
b.
Perubahan Kelembagaan
(Institutional Changes)
c.
Perubahan Struktural
(Structual Changes)
3. Karakteristik Negara
Sedang Berkembang
Kita memperdalam pengertian tentang Negara-negara belum maju,
dengan , melihat karateristik-karateristik (cirri-ciri) umumnya.
a. Rendahnya Tingkat Kehidupan (Low Level of Living)
b. Rendahnya Tingkat Produktivitas (Low Level of Productivity)
c. Tingginya Tingkat Pertambahan Penduduk (High Rates of Population
Growth)
d. Tingginya Rasio Tingkat Ketergantungan (High Rates of Depedency
Ratio)
e. Tingginya Tingkat Pengangguran (High Rts of Unemployment)
f. Ketrgantungan Pada Sektor Pertanian Primer (Substansial
Depedence on Agicultural-Primary Production)
g. Pasar dan Informasi Yang
Tidak Sempurna (Inperfect Market and Information)
h. Ketergantungan Yang Besar dan Kerentanan Terhadap Kondisi
Eksternal (Dominance, Depedece, and Vulnerability in International Relation)
4. Pembangunan Ekonomi
Sebagai Proses Transformasi
a. Transformasi Pertanian
Adalah Perubahan kegiatan pertanian dan bersifat tradisional
dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau singkat subsitensi )subsitence
level) menjadi kegiatan yang modern berskala besar, dan bermotifkan memperoleh
keuntungan.
b. Transformasi Kependudukan
1.) Transisi Demografi
2.) Perubahan Striktur Penduduk
3.) Meningkatanya Penduduk Perkotaan
C. Transformasi Struktural
Transfomasi
Struktural akan sangat terlihat dalam perubahan struktur prodiksi dan
permintaan.
1) Struktur Produksi
Yang
dimaksud dengan negara agraris adalah negara yang sebagian besar output nasionalnya (PDB) berasal dari
sektor pertanian. Pada awal PJP I (1970) Indonesia masih di sebut sebagai
negara agraris sebab lebih dari separuh PDB berasal dari sektor pertanian, di
mana sekitar 60% angkatan kerja bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 1997
sekitar 20% PDB berasal dari sektor industri, suatu keadaan yang lebih baik
dibandingkan tiga puluh tahun sebelumnya, di mana sektor industri hanya
menyumbang 8% PDB. Tetapi Indonesia belum dapat disebut sebagai negara
industri, sebab suatu perekonomian baru dapat disebut sebagai negara industri
jika output sektor industrinya
merupakan 30% atau lebih dari total output
nasional.
2) Struktur Permintaan
Struktur
permintaan/pengeluaran agregat juga akan mengalami perubahan jika perekonomian
telah makin maju. Pada saat perekonomian maju, secara nominal tingkat konsumsi
akan meningkat, tetapi secara relatif (presentase) akan menurun. Tiga puluh
tahun yang lalu 65% permintaan agregat merupakan pengeluaran untuk konsumsi,
sedangkan pengeluaran investasi hanya 12% PDB. Tetapi pada tahun 1997
pengeluaran konsumsi hanya tinggal 50%, sedangkan investasi telah mencapai 35%
PDB.
d. Transformasi Kelembagaan
Termasuk
dalam transformasi kelembagaan adalah makin tersedia dan sempurnanya
lembaga-lembaga untuk pengambilan keputusan yang individual atau mandiri.
Transformasi kelembagaan sangat memperkuat transformasi-transformasi lainnya,
sehingga perekonomian dapat mempertahankan pertumbuhan dan perubahan ekonomi
dalam jangka panjang.
5. Masalah dan Kebijakan Ekonomi di Negara-negara
Sedang Berkembang
Dari
pembahasan tentang karakteristik NSB dapat disimpulkan bahwa masalah mendasar
yang dihadapi adalah kelemahan di sisi permintaan dan penawaran agregat.
a. Permintaan dan Penawaran Agregat
1) Permintaan Agregat
Jumlah
penduduk NSB yang besar tidak diimbangi dengan permintaan efektif yang besar,
karena rendahnya tingkat kehidupan. Lemahnya permintaan efektif akan
menyulitkan pengembangan sektor industri, yang baru mencapai biaya minimum bila
skala produksi sangat besar. Rendahnya derajad kehidupan seringkali membuat
rakyat di NSB tidak mampu membeli kebutuhan kebutuhan pokok, baik yang bersifat
konsumtif maupun investasi SDM. Rendahnya daya beli komoditas makanan,
obat-obatan dan pendidikan akan melemahkan pertumbuhan dan perkembangam sektor
swasta. Berkembangnya sektor swasta juga akan memperluas sumber penerimaan
(pajak) negara.
2) Penawaran Agregat
Kelemahan
penawaran agregat berkaitan erat dengan rendahnya produktivitas, minimnya stok
barang modal, serta ketergantungan yang besar pada sektor pertanian dan atau
primer. Rendahnya kesempatan kerja akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan pasar
domestik, yang menahan keinginan investor menanamkan modalnya.
b.
Kebijakan-kebijakan Pembangunan
1) Kebijakan Ekonomi
Kebijakan
moneter, fiscal, dan ekonomi internasional secara teoritis dapat digunakan
pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian.
a) Kebijakan Moneter
Kebijakan
monoter dapat memperbesar kemampuan penawaran agregat melalui pemberian kredit,
khususnya kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Kebijakan moneter juga dapat
memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan pokok yang sangat
penting, seperti perumahan.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal melalui subsidi dapat meningkatkan daya beli dan atau daya investasi
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap. Demikian juga subsidi
pendidikan, telah memungkinkan anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk
menikmati investasi SDM. Di sisi lain, kebijakan fiskal dapat menahan laju perilaku
konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Menahan laju perilaku
kelompok kaya amat penting, setidak-tidaknya karena dua alasan :
(1)
Mengurangi inflasi akibat tekanan permintaan.
(2)
Menekan efek peniruan (demonstration effect) masyarakat miskin
c) Kebijakan Ekonomi Internasional
Umumnya
pemimpin NSB lebih memilih kebijakan ekonomi terbuka (melakukan hubungan
ekonomi dengan luar negri). Beberapa kebijakan ekonomi yang umumnya dipilih
oleh NSB adalah kebijakan-kebijakan promosi ekspor, subtitusi impor, dan
proteksi industri.
(1) Kebijakan promosi ekspor selain
menghasilkan devisa, juga melatih dan meningkatkan daya saing atau
produktivitas para pelaku ekonomi domestik.
(2) Kebijakan subtitusi impor adalah
kebijakan untuk memproduksi barang-barang yang tadinya diimpor. Tujuan utamanya
adalah penghematan devisa.
(3) Kebijakan proteksi industri umumnya
bersifat sementara. Sebab tujuannya untuk melindungi industri yang masih baru
berkembang (infant industries), sampai mereka mampu bersaing.
2) Kebijakan Nonekonomi
Pengalaman
pembangunan di NSB berkali-kali menunjukan bahwa kebijakan ekonomi yang
dirancang dan dilaksanakan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Kebijakan non ekonomi yang dapat ditempuh pemerintah antara lain penegakan
hukum, memperbaiki kondisi demokrasi, desentralisasi atau pengembangan otonomi
daerah secara bertahap.
c. Utang Luar Negri (External Debt)
Pada
tahun 1970-an ULN negara dunia ketiga sebagian besar adalah ULN pemerintahan
(public external debt), maka pada dasawarsa terakhir abad 20, porsi terbesar
adalah ULN sektor swasta (private external debt). Faktor penyebab krisis
ekonomi di Amerika Selatan periode 1980-an dan Asia Timur periode 1990-an
adalah besarnya ULN, terutama sektor swasta.
1) Utang Luar Negeri Pemerintah (Public
External Debt)
Yang
dimaksud dengan utang luar negeri pemerintah (ULNP) adalah pinjaman pemerintah
dari lembaga-lembaga bantuan keuangan internasional, khususnya Bank Dunia dan
Dana moneter Internasional (international Monetary fund). Pinjaman tersebut
diberikan untuk mempercepat proses pembangunan. Sebab, untuk menjalankan
fungsi-fungsi pemerintah yang ideal, maka anggaran pemerintah harus sangat
besar, sementara kemampuan keuangan sangat lemah.
Ada
beberapa argumentasi yang membenarkan pinjaman luar negeri oleh pemerintah, di
antaranya adalah :
a) Sangat lemahnya kemampuan pendanaan kosmetik
sektor swasta maupun pemerintah.
b) Pinjaman yang diberikan sangat ringan, dalam
arti utang bersifat jangka panjang dan dengan tingkat bunga sangat rendah.
c) Selain mendapat kucuran dana, Negara-negara
peminjam juga mendapat bantuan teknis, memperluas jaringan kerja informasi, dan
juga memperluas pasar ekspor.
d) Bagi negara pemberi pinjaman yang umumnya
sangat kaya, makin besarnya ULN dunia ketiga, berarti memperkecil uang
mengaggur.
2) Utang Luar Negeri Swasta (Private External
Debt)
Utang
luar negeri swasta (ULNS) dilakukan berdasarkan pertimbangan bisnis. Dasar
pertimbangan utamanya adalah untung rugi, maka ULNS mempunyai syarar dan beban
yang lebih berat.
3) Perkembangan Utang Luar Negeri Dunia Ketiga
Pada
tahun 1997 jumlah ULN NSB mencapai US$2,0 trilliun, padahal pada tahun 1985
baru mencapai US$ 0,92 triliun, atau selama 1985-1997 ULN dunia ketiga
meningkatkan dengan kecepatan 6,7% per
tahun. Angka pertumbuhan ULN ini lebih besar dari pertumbuhan PNB dunia
ketiga untuk periode yang sama.
d. Rasio Beban Utang Luar Negeri
Rasio Beban ULN merupakan indicator yang
digunakan untuk melihat seberapa besar beban utang luar negeri suatu ngara.
Biasanya rasio ULN dikaitkan dengan jumlah PDB adalah jumlah ekspor
1)
Rasio ULN/PDB
2)
Debt Service Ratio (DSR)
6) Teori-Teori Ekonomi Pembangunan
a) Teori Adam Smith
Adam
Smith (1973-1970) melihat pembangunan ekonomi sebagai proses pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan ekonomi dengan memanfaatkan mekanisme pasar.
Tiga
unsur utama dalam proses pertumbuhan hasil produksi :
1) Sumber daya manusia, yaitu pertambahan jumlah
penduduknya,
2) Pertambahan dalam persediaan barang modal
(akumulasi modal) karena tabungan masyarakat diinvestasikan oleh para pemilik
modal dengan harapan memperoleh keuntugan,
3) Spesialisasi dan pembagian kerja disertai
perluasan pasar dan perkembangan perdagangan, baik perdagangan dalam negeri
maupun internasional
b) Teori Malthus
Thomas
Robert Malthus (1766-1834) menyoroti keterkaitan antara pertambahan ekonomi
dengan pertambahan penduduk. Ekonomi hanya akan bertumbuh dalam jangka panjang
jika pertambahan penduduk lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia,
cara berpikir Malthus memberikan inspirasi bagi pelaksanaan kebijakan
kependudukan, khususnya melalui program Keluarga Berencana (KB)
c) Teori Karl Marx
Karl
Marx (1818-1883) memandang proses kemajuan ekonomi sebagai proses evolusi
sosial. Menurutnya, factor pendinamis perkembangan ekonomi adalah kemajuan
teknologi. Pada awalnya kemajuan teknologi dikuasai dan disalahgunakan oleh
sekelompok kecil masyarakat, yang oleh Marx disebut kaum borjuis atau
kapitalis. Zaman sosialisme bukanlah puncak keemasan kaum buruh, sebab akan
hadir zaman komunisme yang bercirikan tidak
adanya pemerintahan. Manusia bekerja bukan sekedar untuk makan, tetapi
sebagian dari ekspresi diri.
d) Teori
Rostow
Teori-teori ini melihat pembangunan ekonomi
sebagai proses perubahan yang bersifat garis lurus dan bertahap. Salah satu
teori yang terkenal adalah teori W.W.Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi. Menurut Rostow, suatu perekonomian akan berkembang menjadi
perekonomian maju dalam lima tahap.
1) Tahap Perekonomian Tradisional
2) Tahap Pra Lepas Landas
3) Tahap Lepas Landas (Toke Off)
4) Tahap Kedewasaan (Maturity)
5) Tahap Konsumsi Massa Tingkat Tinggi (High Mass
Consumption)
e) Teori
Neo Imperialisme
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa NSB
sampai saat ini belum sepenuhnya berkembang. Salah satu jawaban penting adalah
program pembangunan ekonomi telah
menimbulkan ketergantungan baru terhadap Negara-negara kapitalis.
f) Teori Lewis
Teori
Arthur Lewis mencoba menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
suatu Negara dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan sektor industri.
Menurut Lewis, syarat yang dibutuhkan untuk menjadikan sektor industry sebagai
mesin pertumbuhan adalah investasi (barang modal) di sektor industri harus
ditingkatkan.
g) Teori
Pembangunan Neo Klasik
Teori ini merupakan pembangunan kembali ide-ide
awal dari teori Neo-Klasik untuk di terapkan dalam pembangunan ekonomi dunia ketiga. Teori ini
sangat percaya bahwah pembangunan ekonomi di dunia ketiga akan berhasil bila
menerapkan prinsip-prinsip mekanisme pasar. Teori pembangunan Neo Klasik
mengakui kemungkinan terjadinya kegagalan market (market failure) jika diterapkan
sepenuhnya di dunia ketiga. Karena itu teori ini sampai batas tertentu setuju
dengan adanya intervensi pemerintah.
Bab 17
Pembangunan Terlanjutkan
(Sustainable Development)
Perekonomian dunia seratus tahun terakhir tumbuh pesat, dimana
nilai output dunia tahun 1990 naik dua puluh kali lipat dari tahun 1900.
Pertumbuhan yang tinggi tersebut membawa beberapa dampak negatif yaitu
memburuknya distribusi pendapatan antar negara (yang dijelaskan di Bab 16),
kondisi lingkungan semakin rusak, cadangan (stok) kekayaan alam untuk generasi
mendatang berkurang secara drastis.
1)
Rusaknya/Memburuknya Kondisi Lingkungan Hidup
Di negara-negara maju, kerusakan lingkungan hidup terjadi dalam
bentuk polusi udara, makin berkurangnya jumlah hutan, sedangkan hutan yang ada
kualitasnya sangat menurun. Kerusakn lingkungan yang paling menonjol adalah
penebangan hutan, menurunnya kualitas air, degradasi lahan, dan meningkatnya
pemukiman kumuh di wilayah perkotaan,
2)
Ketidakadilan Antargenerasi (Inter-Generation
Inequality)
Ketidakadilan antargenerasi adalah kondisi dimana generasi kita
dan pendahulu kita telah mengeksploitasi alam sedemikian rupa sehingga tidak
memberikan cadangan yang memadai untuk dinikmati generasi selanjutnya Contoh:
cadangan minyak bumi di Indonesia, diperkirakan hanya cukup untuk satu generasi
mendatang.
Saat ini telah muncul cabang ilmu ekonomi sumber daya alam (natural resources economics) dan ilmu
ekonomi lingkungan (environmental economics).
1. Imbang Korban Pertumbuhan
Ekonomi-Kualitas Lingkungan Hidup
Pelajaran yang
dipetik dari sejarah pertumbuhan ekonomi dunia seratus tahun terakhir ini
adalah imbang korban (trade-off)
antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan kualitas lingkungan hidup terutama
dalam ilmu ekonomi sumber daya alam dan ilmu ekonomi lingkungan.
a. Beberapa Konsep Dasar
1)
Sumber Daya Ekonomi
Sumber daya ekonomi (SDE) adalah unsur lingkungan hidup yang ada
dalam diri dan di luar diri pribadi manusia yang dapat secara riil dan
potensial bermanfaat untuk aktivitas produksi barang dan jasa, dalam rangka
peningkatan kualitas hidup manusia, secara individu maupun kolektif. SDE
terdiri dari atas sumber daya manusia (human
resources), sumber daya alam dan
sumber daya buatan (man made resources).
Sumber daya buatan adalah segala sesuatu, baik dalam bentuk fisik maupun non
fisik, yang merupakan hasil karya manusia, yang dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Contoh: barang-barang modal berupa mesin-mesin dan
bangunan.
2)
Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Sumber daya alam
(SDA) ialah sumber daya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah,
air, dan perairan, udara dan ruang, mineral, panas bumi, gas bumi, angin,
pasang-surut, arus laut.
Dilihat dari sifat kemampuan
pemulihan jumlah (stok), SDA dapat dibedakan:
a.
SDA terbarui (renewable natural resources): SDA yang stoknya dapat dipulihkan.
b.
SDA tak terbarui (non renewable resources): SDA yang stoknya akan terus berkurang
jika terus dieksploitasi. Contoh: minyak bumi, batubara, dan barang tambang
lainnya.
3)
Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup (environment)
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. (UU No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Konsep lingkungan adalah konsep sistem
yang menunjukkan hubungan timbal balik antara manusia dengan semua unsur yang
ada di sekitarnya.
b. Pertumbuhan Ekonomi dan
Eksploitasi Sumber Daya Alam
Fungsi produksi
Klasik dapat juga ditulis:
Y = f (K, L, N)
Dimana: Y = output (PDB)
K = barang modal (sumber daya buatan)
L = tenaga kerja (sumber daya
manusia)
N = sumber daya alam
Untuk meningkatkan output, eksploitasi SDA harus
ditingkatkan. Jika target pertumbuhan ekonomi makin tinggi, maka eksploitasi
SDA harus ditingkatkan lagi.
c. Pertumbuhan Ekonomi dan
Penurunan Kualitas Lingkungan
Bila SDA dieksploitasi secara berlebihan, salah satu dampak yang
sudah dirasakan adalah menurun cepatnya kualitas hidup manusia generasi
sekarang yaitu seperti polusi udara, air dan tanah, makin sulitnya memperoleh
air bersih, makin memanasnya suhu bumi, serta terganggunya iklim dan cuaca
akibat perusakan hutan. Masalah global yang dihadapi umat manusia saat ini
adalah makin memanasnya suhu permukaan bumi (global warming), dimana setiap 10 tahun suhu bumi naik 0,3 ᵒ C.
2. Masalah-masalah di Masa
Mendatang
Kerusakan lingkungan hidup yang telah terjadi tampaknya sulit
untuk diperbaiki dengan cepat. Bahkan di abad ke-21 ini diperkirakan masih akan
terjadi perusakan lingkungan hidup, karena berbagai alasan atau motivasi yaitu:
a. Kemiskinan
Ternyata krisis ekonomi yang terjadi telah menyebabkan lebih 100
juta rakyat Indonesia, memasuki abad ke-21 ini, dalam keadaan miskin. Laporan
terbaru (tahun 1999 dan 2000) menunjukkan makin giatnya eksploitasi hutan oleh
penduduk untuk mempertahankan tingkat kehidupan. Hutan yang telah dirusak
pengusaha besar sudah mencapai puluhan juta hektar. Eksploitasi hutan
kemungkinan akan makin tinggi dengan naiknya harga BBM, sebab salah satu
alternatif pengganti BBM yang terjangkau rakyat adalah kayu (bakar).
b. Dampak Kemajuan Teknologi Yang
Mendua
Dampak kemajuan teknologi yang mendua adalah di satu sisi
kemajuan teknologi telah meningkatkan efisiensi penggunaan SDA. Dilihat dari
sisi ini, sebenarnya dapat dilakukan penghematan penggunaan SDA, bahkan
pemulihan stok SDAT.
c. Kekuatan Monopoli
Dari faktor penyebabnya, monopoli dapat dibedakan menjadi:
a.
Monopoli karena UU
Di negara sedang
berkembang (NSB), gejala monopoli yang terjadi umumnya adalah monopoli
berdasarkan UU. Tidak jarang hak monopoli ini diberikan untuk kegiatan produksi
yang sangat eksploitasi terhadap SDA. Di Indonesia, hak monopoli pengelolaan hutan
(HPH) diberikan kepada sejumlah pengusaha yang mencakup puluhan juta hektar
areal hutan produksi.
b.
Monopoli alamiah
Di negara-negara maju, gejala
monopoli yang terjadi adalah monopoli alamiah. Kemampuan monopoli tersebut
diperoleh karena penguasaan teknologi, informasi, manajemen dan sumber-sumber
faktor produksi. Kemampuan monopoli alamiah sangat terlihat pada
perusahaan-perusahaan multinasional (MNC). Monopoli alamiah yang dimiliki MNC
membuat mereka akan sangat eksploitatif terhadap SDA, terutama jika SDA
tersebut berada di wilayah NSB yang penegakan hukumnya masih sangat rendah.
3. Pembangunan Terlanjutkan (Sustainable
Development)
a.
Definisi dan Pengertian
Yang dimaksud dengan pembangunan
terlanjutkan (sebagian orang menyebut pembangunan
berkelanjutan) adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (meeting the need of present generation
without compromising the needs of future generation).
Rumusan diatas memuat dua komponen pokok, yaitu kebutuhan dan keterbatasan. Konsep kebutuhan berhubangan erat dengan aspek
keadilan distribusi output dunia,
dimana seharusnya pemenuhan kebutuhan diprioritaskan kepada penduduk yang masih
bergulat dalam kemiskinan. Keterbatasan dikaitkan dengan aspek teknologi dan
pranata sosial dala pengelolaan SDA dan atau lingkungan hidup, agar SDA
tersedia dapat digunakan untuk keperluan generasi sekarang dan mendatang.
b.
Perhitungan PDB Berdasarkan Konsep Pembangunan Terlanjutkan
Perhitungan PDB
PNN* = PNB – Dm – Dn ……………………………………………………………….. (17.2)
Dimana:
PNN* = Produk
Nasional Neto yang terlanjutkan (sustainable
Net National Product)
PNB = Produk Nasional Bruto
Dm = depresiasi barang modal (depreciation of manufacture capital assets)
Dn =
depresiasi sumber daya lingkungan (depreciation
of environmental capital ) dinyatakan
dinyatakan dalam satuan moneter (uang) per tahun.
PNN* = PNB – Dm – Dn – RA – A …………………………………………………… (17.3)
Dimana
RA = pengeluaran
yang dibutuhkan untuk memulihkan (to
restore) sumber daya lingkungan, seperti hutan, air, ikan.
A =
pengeluaran yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan lingkungan, seperti polusi udara, penurunan kualitas air
dan tanah.
Namun dengan konsep pembangunan terlanjutkan akan diperoleh
kompensasi atas berkurangnya output:
1) Makin sehatnya suatu lingkungan akan mengurangi biaya
pemeliharaan kesehatan, sekaligus meningkatnya utilitas hidup.
2) Makin kecilnya distorsi pasar sebagai akibat berkurangnya eksternalitas
yang merugikan masyarakat. Sebab, jika biaya perbaikan dan pencegahan kerusakan
lingkungan hidup tidak dibebankan kepada perusahaan, maka biaya tersebut
ditanggung oleh masyarakat sebagai biaya sosial.
3) Meningkatkan efisiensi perusahaan, dimana perusahaan akan
melakukan penghematan penggunaan SDA, sebab setiap peningkatan penggunaan SDA
akan menambah biaya produksi.
4) Memperbaiki akses masyarakat terhadap pemanfaatan SDA dan
lingkungan. Sebab, tanpa pembebanan biaya kerusakaan lingkungan dan
pemeliharaan SDA, perusahaan mempunyai akses yang lebih besar akibat menikmati
eksternalitas yang menguntungkan.
5) Memperbaiki distribusi pemanfaatan SDA antargenerasi, dimana
melalui pembebanan biaya kerusakan lingkungan, gnerasi segera dipaksa berhemat,
sehingga bagi generasi selanjutnya tetap tersedia SDA yang memadai dan
lingkungan hidup yang baik/makin baik.
4. Penerapan di Indonesia
Didalam negeri, komitmen pemerintah diwujudkan dalam GBHN dan
pembuatan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tentang Lingkungan Hidup.
Salah satu undang-undang terpenting yang dihasilkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1982 tentang Pokok-pokok Ketentuan
Lingkungan Hidup, yang kemudian diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan LIngkungan
Hidup.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1973 telah
dituangkan kehendak pemerintah untuk memperhatikan masalah lingkungan dalam
pembangunan nasional. Dalam GBHN tersebut ditekankan bahwa ekspoitasi SDA harus
dilaksanakan dengan kebijakan dengan komprehensif yang mempertimbangkan
kepentingan generasi mendatang.
Namun hasil yang telah dicapai masih belum mencapai harapan.
Sampai saat ini masih terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang
berlaku. Perusakan hutan (deforestrasi), polusi udara, penurunan kualitas air
dan tanah, terus berlanjut. Banyak fackor yang menjadi kendala pelaksanaan
pembangunan terlanjutkan, diantaranya lemahnya institusi hukum, termasuk di
dalam sangat kurang ahli hukum lingkungan, keterbatasan dana, faktor-faktor
politis dan perikaku para pengusaha sehingga dalam banyak aspek Indonesia
relative tertinggal dibanding negara-negara anggota ASEAN lainnya.
a.
Masalah Lingkungan di Indonesia
1. Deforestrasi
Proses deforestrasi yang berlangsung dengan tingkat tinggi telah
mengancam penyediaan bahan kayu dasar dan produk hutan sekunder serta
mengurangi pelayanan lingkungan seperti proteksi sumber mata air dan preservasi
habitat alam yang penting.
Tingkat deforestrasi yang tinggi mengakibatkan menurunya daya
kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya, sehingga bisa menimbulkan
masalh-masalah lingkungan yang serius seperti erosi dan penurunan kualitas
lahan, berkurangnya keragaman hayati, bahkan suhu bumi.
2. Degradasi Lahan
Degradasi lahan berupa erosi merupakan masalah lingkungan serius
di Indonesia. Masalah ini terjadi bukan hanya karena proses deforestrasi,
tetapi juga sebagai dampak dari pertanian yang intensif-modern. Erosi sering
diakibtkan oleh penebangan hutan mengancam pengangkutan air, sistem irigasi,
dan kehidupan ikan-ikan.
3. Kekurangan Air
Kekurangan air (water shortages) merupakan salah satu masalah
lungkungan utama di Indonesia. Karena deforestrasi pada dataran tinggi
telah mengakibatkan meningkatnya
permintaan air dan meningkatkan polusi air permukaan akibat erosi.
4. Polusi Udara dan Air
Proses industrialisasi dan urbanisasi yang cepat telah
mengakibatkan tingkat polusi udara dan air yang sangat tinggi dan selanjutnya
mengancam pertumbuhan industry dan perkotaan. Limbah industry mencemari
sungai-sungai dan menimbulkan risiko kesehatan yang serius pada penduduk
perkotaan, serta membunuh spesies dan merusak batu karang disepanjang lautan.
b.
Faktor Penentu Pelaksanaan Pembangunan Terlanjutkan di Indonesia
1. Kehendak Politik
Pemerintah
Kehendak politik pemerintanh yang berkaitan dengan penganan
masalah lingkungan untuk mewujudkan pembangunan terlanjutkan adalah factor
terpenting. Penegakan kebijakan yang efektif dan efisien merupakan factor penting
guna menjamin pencapaian tujuan dari kebijakan lingkungan.
2. Peranan Institusi
Lingkungan Pemerintah
Badan Pengendalian Lingkungan (Bapedal) dan Pusat Studi
Lingkungan (PSL) serta lembaga-lembaga terkait menjadi ujung tombak bagi
pelaksanaan kebijakan lingkungan diIndonesia.
3. Peranan Lembaga Swadaya
Masyarakat
Kehadiran LSM yang bergerak di bidang lingkungan mempunya arti
tersendiri dalam pergerakan pembangunan terlanjutkan.
4. Peranan Sektor Industri
Limbah indutri dan pertanian memberikan kontribusi penting
terhadap masalah lingkunagan. Karena orientasi sector ini dititikberatkan pada
orientasi ekonomi.
5. Peranan Media Massa
Peranan media massa sangat penting dalam mendorong kesadaran
masyarakat akan pentingnya masalah lingkungan. Sadar lingkungan (darling)
merupakan kunci penting tentang partisipasi aktif masyarakat dalam menangani
masalah
lingkungan.
6. Kesadaran dan
Partisipasi Masyarakat
Kesadaran masyarakat umum akan lingkungan merupakan factor
penting dalam pelaksanaan pembangunan terlanjutkan. Partisipasi masyarakat
terhadap masalah lingkungan sangat tergantung terhadap kesadaran dan kepedulian
mereka terhadap masalah lingkungan tersebut.
C. Otonomi Daerah
Salah satu fungsi strategis yang
diserahkan kepada pemerintah kabupaten adalah masalah lingkungan. Sedangkan
wewenang tentang penggunaan SDA dan Standar konservasi ada ditangan Pemerintah
Pusat. Pemerintah Pusat dan Daerah memiliki keterkaitan yang erat dalam
pengelolaan SDA, terutama untuk bidang-bidang kehutanan, pertambangan,
lingkungan hidup, kelautan, dan perancangan tata ruang.
D. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
Potensi sumber daya
kelautan yang masih dapat dikembangkan beberapa diantaranya :
1.
Potensi perikanan yang
masih bisa dimanfaatkan sebesar 2,6 juta ton per tahun
2.
Budidaya tambak masih
dapat dibuka hingga 500.000 hektar
3.
Budidaya karang dan
rumput laut
4.
Cekungan minyak,
khususnya dilautan dalam
5.
Energy kelautan dan
energy gelombang
6.
Wisata bahari dan,
7.
Transportasi laut
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya
kelautan antara lain :
1.
Kurangnya data dan
informasi tentang kelautan kita.
2.
Kerusakan-kerusakan
sumber daya kelautan seperti habisnya hutan mangrove didaerah berpenduduk
padat.
3.
Masih lemahnya kapasitas
manajeria pengelolaan laut dilihat dari lemahnya aspek kelembagaan, amat
sedikitnya ahli bidang kelautan, dan lainnya.
4.
Minimnya dana yang
tersedia untuk pelestarian lingkungan, termasuk kelautan.
5.
Lemahnya pendukung
(constituent) lingkungan daerah,
6.
Potensi konflik
horizontal(antarPemerintah Daerah) maupun vertical(Pusat Provinsi-Kabupaten)
dalam pengelolaan sumber daya kelautan.